082133445568
Prosedur Pemeriksaan dan Pengujian K3 Pada Turbin

Prosedur Pemeriksaan dan Pengujian K3 Pada Turbin

  • Category: Artikel
  • Date 22-04-2025

Turbin adalah jantung dari sistem pembangkit tenaga. Agar performa tetap optimal dan risiko kegagalan dapat diminimalisir, pemeriksaan serta pengujian rutin harus dilakukan secara sistematis dan terstandarisasi. Berikut ini adalah prosedur umum dalam pemeriksaan dan pengujian sistem turbin, mencakup aspek visual, fungsional, dan pengukuran teknis.


1. Pemeriksaan Visual Awal

Sebelum dilakukan pengujian lebih lanjut, langkah awal adalah inspeksi visual untuk mendeteksi kerusakan fisik atau anomali eksternal.

  • Periksa adanya kebocoran uap, oli, atau air pendingin.

  • Amati kondisi fisik seal, gasket, dan konektor.

  • Evaluasi kondisi pelumas (warna, viskositas, kontaminasi).

  • Identifikasi korosi, retakan, atau deformasi pada casing dan pipa.

Catatan: Semua temuan harus dicatat lengkap dalam checklist inspeksi harian/mingguan.


2. Pengukuran Parameter Operasional

Langkah berikutnya adalah mengukur dan mencatat parameter kerja utama, untuk mengetahui apakah turbin berada dalam rentang operasional yang aman.

  • Tekanan Uap Masuk dan Keluar
    Pastikan tekanan uap sesuai dengan spesifikasi desain. Penyimpangan dapat mengindikasikan masalah pada valve atau nozzle.

  • Temperatur Kerja
    Ukur suhu di beberapa titik kritis seperti bearing, casing, dan exhaust. Suhu abnormal bisa menandakan kegagalan pelumasan atau pendinginan.

  • Kecepatan Rotor (RPM)
    Verifikasi kestabilan putaran rotor. Fluktuasi RPM tanpa perintah kontrol menunjukkan potensi gangguan sistem kontrol atau kerusakan mekanik.

  • Getaran (Vibration Level)
    Gunakan vibration analyzer untuk mengukur getaran poros dan bearing. Nilai getaran yang tinggi dapat menandakan ketidakseimbangan atau keausan komponen internal.

  • Kebisingan (Noise Level)
    Gunakan sound level meter untuk memastikan tingkat kebisingan tidak melebihi ambang batas yang diizinkan (umumnya 85 dB di area kerja). Kebisingan abnormal bisa menjadi tanda keausan bearing atau ketidaksejajaran rotor.

  • Pencahayaan Area Kerja
    Ukur intensitas pencahayaan di area turbin. Pencahayaan yang tidak memadai dapat meningkatkan risiko human error saat operasi dan pemeliharaan. Idealnya ≥200 lux untuk area inspeksi umum.


3. Pengujian Sistem Proteksi

Sistem proteksi adalah garis pertahanan terakhir. Maka pengujiannya tidak boleh diabaikan.

  • Emergency Stop Test
    Uji fungsi tombol E-Stop secara manual. Pastikan turbin berhenti total sesuai waktu tanggap yang ditentukan.

  • Overspeed Trip Test
    Simulasikan kondisi kecepatan melebihi batas maksimum. Sistem harus otomatis memutus pasokan uap dan menghentikan rotor.

  • Sensor & Alarm
    Verifikasi kalibrasi sensor suhu, tekanan, dan getaran. Uji alarm dan indikator panel. Semua sistem notifikasi harus bekerja sempurna.


4. Uji Fungsi Sistem Pelumasan & Pendinginan

Sistem pendukung ini wajib diuji karena kerusakannya bisa menyebabkan overheating atau kegagalan mekanis.

  • Periksa aliran oli (flow rate) dan tekanan.

  • Cek suhu oli sebelum dan sesudah sirkulasi.

  • Pastikan pompa oli bekerja normal.

  • Verifikasi kerja fan atau cooler pendingin.


5. Dokumentasi & Evaluasi

Seluruh hasil pemeriksaan dan pengujian harus didokumentasikan dalam form evaluasi teknis. Temuan kritikal harus ditindaklanjuti dengan tindakan korektif dan analisis akar penyebab (RCA).

  • Gunakan format inspeksi standar (checklist + log sheet).

  • Bandingkan data dengan hasil sebelumnya (trend analysis).

  • Lakukan penilaian kelayakan operasi: Lanjut Operasi / Perlu Perbaikan / Hentikan Operasi Sementara.


Penutup

Pemeriksaan dan pengujian turbin bukan hanya kewajiban prosedural, tapi langkah krusial dalam menjaga keberlanjutan operasional dan keselamatan kerja. Dengan prosedur yang disiplin dan sistematis, risiko kerusakan mendadak dapat ditekan, downtime dapat diminimalkan, dan efisiensi energi dapat dijaga pada level terbaik.

Share This

Comments